TERLENA |oleh:Prof.Hamka

by - 05.47

Photo by David von Diemar on Unsplash

Waktu berlalu begitu pantas menipu kita yang terlena 
Belum sempat berdzikir di waktu pagi, hari sudah menjelang siang, belum sempat bersedekah pagi, matahari sudah meninggi
Niat pukul 9.00 pagi hendak shalat Dhuha, tiba-tiba adzan Dzuhur sudah terdengar
Teringin setiap pagi membaca 1 juz Al-Qur'an, menambah hafalan satu hari satu ayat, itupun tidak dilakukan.
Rancangan untuk tidak akan melewatkan malam kecuali dengan Tahajjud dan Witir, walaupun hanya tiga rakaat, semua tinggal khayalan belaka.
Beginilah seterusnya nasib hidup menghabiskan umur? berseronok dengan usia?
Lalu tiba-tiba menjelmalah usia di angka 30, sebentar kemudian 40, tidak lama terasa menjadi 50 dan kemudian orang mulai memanggil kita dengan panggilan "Kakek, Nenek" menandakan kita sudah tua.
Lalu sambil menunggu Sakratul Maut tiba, diperlihatkan catatan amal yang pernah kita buat.
Astaghfirullah, ternyata tidak seberapa sedekah dan infaq cuma sekedarnya.
Mengajarkan ilmu tidak pernah ada
Silaturrahmi tidak pernah buat
Justru, apakah roh ini tidak akan melolong, meraung, menjerit, menahan kesakitan di saat berpisah dengan tubuh ketika sakratul maut?
Tambahkan usia ku ya Allah
Aku memerlukan waktu untuk beramal sebelum Kau akhiri ajalku
Belum cukupkah kita menyia-nyiakan waktu selama 30,40,50 atau 60 tahun?
Perlu berapa tahun lagikah untuk mengulang pagi, siang, petang dan malam, perlu berapa minggu, bulan dan tahun lagi agar kita bersedia untuk mati?
Kita tidak pernah merasa kehilangan waktu dan kesempatan untuk menghasilkan pahala

Maka 1000 tahun pun tidak akan pernah cukup bagi orang-orang yang terlena.

You May Also Like

0 Comments